Tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Sampai kini terhitung sudah 63 tahun kita merdeka. Setiap bulan Agustus, dari awal bulan sudah mulai dilaksanakan perayaan Agustusan untuk memperingati Kemerdekaan. Biasanya, perayaan Agustusan itu dimeriahkan dengan Lomba Panjat Pinang, Makan Kerupuk, Lari paka karung goni dan konco-konconya. Selain itu juga dimeriahkan dengan aneka pertunjukan seni. Mungkin, ini juga merupakan gambaran dari kondisi Indonesia saat ini. Belum ada hasil karya teknologi yang benar-benar bisa dibanggakan di tingkat dunia.

Secara fisik. kita memang sudah merdeka, tapi apakah sudah merdeka secara keseluruhan? Yang terjadi adalah saat ini ada beberapa Bank nasional yang saham mayoritasnya dibeli oleh asing. Perangkat elektronik hampir semuanya juga masih impor dari asing. Industri telekomunikasi mayoritas sahamnya juga dimiliki asing. Mulai dari Indosat, Telkomsel, XL, 3, Axis mayoritas milik perusahaan asing. Intinya, hampir semua bisnis yang strategis di negeri ini dikuasai oleh asing.

Mungkin kita perlu mencontoh bangsa lain seperti India yang cukup bangga atas produk dalam negerinya. Merekapun cukup diperhitungkan untuk urusan teknologi. Ahh, tapi ini adalah isu basi. Permasalahan yang sudah ada sejak lama.
Kita memang perlu menjadi bangsa yang mandiri. Mulai belajar tidak tergantung dengan bangsa lain.

Kita juga perlu belajar dari negara Jepang yang masyarakatnya sangat keranjingan membaca. Menjadikan mereka sebagai bangsa yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dengan beragam teknologi canggih yang dihasilkan. Tidak salah jika ada yang menyebut bahwa “Buku Adalah Jendela Dunia”. karena dari buku, lautan ilmu bisa kita selami.

Sayangnya, harga buku di tanah air masih tergolong mahal. Banyak yang menjadikan buku sebagai prioritas paling akhir setelah beras, minyak, pakaian, bensin dan sebagainya yang merupakan kebutuhan Primer. Padahal buku sejatinya adalah makanan, makanan otak dan hati. Seharusnya dimasukkan juga dalam kebutuhan primer, tapi apa daya.

Nah, mungkin sebagian dari kita memiliki beberapa buku yang layak baca. Daripada tersimpan di kolong meja dimakan rayap, mengapa tidak disumbangkan saja ke dalam Gerakan Blogger Kumpul 1000 Buku?
Tentu dari hal-hal kecil seperti ini, kita berharap bisa menghasilkan sesuatu yang besar bagi perubahan bangsa ini.

Semoga bangsa kita memiliki masa depan cerah, produktif menghasilkan karya-karya yang bisa dibanggakan, minimal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Ketergantungan terhadap bangsa lain, sedikit demi sedikit bisa terkikis.